Cari Blog Ini

Jumat, 05 Juni 2015

Budidaya CH3 sama seperti menanam cabai jenis lain



Budidaya CH3 sama seperti menanam cabai jenis lain

 Oleh Silvana Maya Pratiwi 
BOGOR. Budidaya cabai hibrida IPB CH3 sama seperti budidaya cabai jenis lain. Awalnya benih cabai disemai dalam tray. Tray ini merupakan wadah berbahan plastik yang biasa digunakan dalam proses penyemaian benih. Media semainya menggunakan kompas arang dan dibiarkan selama dua minggu hingga tinggi bibit mencapai 10 sentimeter (cm) 
Selama proses penyemaian ini siapkan lahan penanaman dengan membuat bedengan selebar 1 meter dan panjang 10 meter.  Bedengan ini bertujuan untuk mempermudah saluran drainase, sehingga berfungsi secara maksimal.
Setelah itu bedengan ditutup menggunakan aluminium foil atau mulsa plastik hitam perak (mphp). Bedengan yang telah terpasang aluminium foil kemudian diberikan lubang tanam dengan menggunakan alat pembolong. "Alat pembolong mulsa bisa dari kaleng dan biasanya berbentuk bulat," kata Unang Ridwan, salah satu staf pengembangan bisnis di PT Bogor Life Science and Technology.
Sebelumnya kaleng dipanaskan dengan menggunakan bara api agar aluminium atau mulsa dapat dilubangi. Jarak tanam dalam satu bedeng dibuat dengan ukuran 30 cm. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh optimal dan memudahkan dalam pemeliharaan. "Benih cabai ditutup dengan aluminium foil untuk menghindari pertumbuhan gulma," jelas Unang.
Selanjutnya lakukan pemupukan sebagai penambah unsur hara bagi tanaman. Tidak lupa saluran harus dibersihkan seminggu sekali agar airnya mengalir. Kemudian lakukan perawatan dan penyiraman. "Aarietas cabai ini memerlukan air yang banyak," ujarnya.
Menurut Unang, cabai hibrida CH3 bisa ditanam di semua jenis tanah. Hanya saja tanahnya harus subur. "Bagusnya sih di dataran yang sedang, jangan ditanam di tanah yang kering soalnya cabai butuh air yang banyak," sarannya.
Dr M. Syukur, dosen Agronomi dan Holtikultura Institut Pertanian Bogor yang juga pengembang cabai CH3 menambahkan, cabai ini sangat cocok dibudidayakan di Indonesia karena merupakan hasil persilangan dari genotipe lokal.
Menurut Syukur, dalam membudidayakan cabai hibrida CH3 ini sama seperti menanam varietas cabai yang lain. Hanya varietasnya saja yang berbeda. "Dari mulai penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga pasca panen sama saja seperti cabai yang lain," tuturnya.
Syukur bilang, daya adaptasi cabai ini cocok di semua lahan, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Yang perlu diperhatikan lagi adalah tanahnya harus cukup subur.
Kendati demikian, cabai ini juga bisa ditanam di lahan marjinal asal dilakukan pemupukan. (Selesai)
 (Hendra Gunawan /kontan.co.id/Silvana Maya Pratiwi  )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar