Oleh Silvana Maya Pratiwi
BOGOR. Budidaya cabai hibrida IPB CH3 sama
seperti budidaya cabai jenis lain. Awalnya benih cabai disemai dalam
tray. Tray ini merupakan wadah berbahan plastik yang biasa digunakan
dalam proses penyemaian benih. Media semainya menggunakan kompas arang
dan dibiarkan selama dua minggu hingga tinggi bibit mencapai 10
sentimeter (cm)
Selama proses penyemaian ini siapkan lahan penanaman dengan membuat
bedengan selebar 1 meter dan panjang 10 meter. Bedengan ini bertujuan
untuk mempermudah saluran drainase, sehingga berfungsi secara maksimal.
Setelah itu bedengan ditutup menggunakan aluminium foil atau mulsa
plastik hitam perak (mphp). Bedengan yang telah terpasang aluminium foil
kemudian diberikan lubang tanam dengan menggunakan alat pembolong.
"Alat pembolong mulsa bisa dari kaleng dan biasanya berbentuk bulat,"
kata Unang Ridwan, salah satu staf pengembangan bisnis di PT Bogor Life
Science and Technology.
Sebelumnya kaleng dipanaskan dengan menggunakan bara api agar
aluminium atau mulsa dapat dilubangi. Jarak tanam dalam satu bedeng
dibuat dengan ukuran 30 cm. Hal ini bertujuan agar tanaman dapat tumbuh
optimal dan memudahkan dalam pemeliharaan. "Benih cabai ditutup dengan
aluminium foil untuk menghindari pertumbuhan gulma," jelas Unang.
Selanjutnya lakukan pemupukan sebagai penambah unsur hara bagi
tanaman. Tidak lupa saluran harus dibersihkan seminggu sekali agar
airnya mengalir. Kemudian lakukan perawatan dan penyiraman. "Aarietas
cabai ini memerlukan air yang banyak," ujarnya.
Menurut Unang, cabai hibrida CH3 bisa ditanam di semua jenis tanah.
Hanya saja tanahnya harus subur. "Bagusnya sih di dataran yang sedang,
jangan ditanam di tanah yang kering soalnya cabai butuh air yang
banyak," sarannya.
Dr M. Syukur, dosen Agronomi dan Holtikultura Institut Pertanian
Bogor yang juga pengembang cabai CH3 menambahkan, cabai ini sangat cocok
dibudidayakan di Indonesia karena merupakan hasil persilangan dari
genotipe lokal.
Menurut Syukur, dalam membudidayakan cabai hibrida CH3 ini sama
seperti menanam varietas cabai yang lain. Hanya varietasnya saja yang
berbeda. "Dari mulai penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan hingga
pasca panen sama saja seperti cabai yang lain," tuturnya.
Syukur bilang, daya adaptasi cabai ini cocok di semua lahan, mulai
dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Yang perlu diperhatikan lagi
adalah tanahnya harus cukup subur.
Kendati demikian, cabai ini juga bisa ditanam di lahan marjinal asal dilakukan pemupukan. (Selesai)
(Hendra Gunawan /kontan.co.id/Silvana Maya Pratiwi )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar